Diantara Fenomena Kemunafikan
DIANTARA FENOMENA KEMUNAFIKAN
Segala puji hanya bagi Allah Yang telah menciptakan manusia agar mereka menjadi baik bukan buruk, menjadi pribadi yang bermanfaat bukan berbahaya, menjadi sosok yang ikhlas bukan munafiq. Allah berfirman:
قال الله تعالى : لَقَدۡ خَلَقۡنَا ٱلۡإِنسَٰنَ فِيٓ أَحۡسَنِ تَقۡوِيمٖ ٤ ثُمَّ رَدَدۡنَٰهُ أَسۡفَلَ سَٰفِلِينَ ٥ إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ فَلَهُمۡ أَجۡرٌ غَيۡرُ مَمۡنُونٖ [ التين: 6-4]
“ Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka), kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya. [At-Tin/95: 4-6].
Dan aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengabarkan kepada para hambaNya bahwa kemunafikan adalah penyakit bahkan termasuk penyakit sosial yang paling berbahaya. Allah Subahanahu wa Ta’ala berfirman:
قال الله تعالى : وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يُعۡجِبُكَ قَوۡلُهُۥ فِي ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا وَيُشۡهِدُ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا فِي قَلۡبِهِۦ وَهُوَ أَلَدُّ ٱلۡخِصَامِ ٢٠٤ وَإِذَا تَوَلَّىٰ سَعَىٰ فِي ٱلۡأَرۡضِ … [ البقرة: 205-204]
Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penantang yang paling keras. Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi…”.[Al-Baqarah/2: 204-205].
Dan aku bersaksi bahwa tauladan kami Muhammad adalah Rasul utusan Allah, imam orang-orang yang ikhlas dalam berbuat. Ya Allah curahkanlah shalawat dan salam kepada Muhammad dan kepada para keluarga, para shahabatnya yang telah menjauhi kemunafikan, ikhlas semata karena Allah Yang Maha Esa dan Maha Pencipta. Maka Allah mengangkat derajat mereka di dunia atau di akherat. Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Amma Ba’du:
Nifaq adalah akhlak yang buruk, dimana pelakunya berbuat sesuatu yang berbeda dengan apa yang dikatakannya. Perbedaan antara perkataan seseorang dengan perbuatannya adalah salah satu bentuk penipuan bahkan dia adalah bentuk pertama penipuan. Banyak orang-orang yang kita saksikan berpakaian seperti pakaian orang yang soleh, berbicara seperti gayanya orang-orang yang bijaksana, yang memberi nasehat dengan nasehat yang baik, kita mendengar perkataannya terlontar semanis madu, lafaz yang indah sehingga engkau menyangka bahwa perkataan tersebut keluar dari hati yang tulus dan bersih, dari relung yang bersih sehingga membuat dirimu menjadi cenderung dengannya, bergaul dengannya menerimanya sebagai kawan setia dengan penuh rasa percaya diri dan tenang namun pada saat dia mendapatkan kesempatan untuk menampakkan jati dirinya yang selama ini disembunyikannya maka dia akan menimpakan kepadamu bencana, kubang kebinasaan dan petaka-petaka yang besar, lalu pada saat itulah dirimu tidak merasakan kesedihan dan penyesalan, dan dirimu memandang kehidupan ini dengan jiwa yang tertekan karena merasa sial, seperti pandangan orang yang ragu terhadap setiap orang yang berada disekitarnya, bahkan takut terhadap bayang-bayangnya sendiri. Sang penipu ini telah berbuat lalim terhadap dirinya sendiri. Di mana dirimu telah mengubah pola pergaulan dengan dirinya dan menghapuskan kepercayaanmu terhadap dirinya, dengan tindakan seperti ini berarti dia telah berbuat buruk terhadap masyarakat secara keseluruhan sebab dia telah mempengruhi dirimu untuk takut kepada setiap orang dan menjauhkan dirimu dengan dirinya. Maka orang munafiq penipu seperti ini sebagai sumber bencana yang sangat besar.
Dan sungguh sangat mengherankan jika zaman modern ini tidak menolak keburukan ini dan telah bergerak untuk tetap menancapkan kaki tangannya di tengah-tengah kehidupan kita. Dia bertemu denganmu bagai seorang kawan yang setia atau teman sebangsa, dia melontarkan perkataan yang manis nan indah, dengan raut muka yang berseri-seri dan tersenyum, bertanya kepadamu tentang keadaan dirimu seakan sebagai orang yang sangat perhatian dengan kesehatan pribadimu dan anak-anakmu serta seluruh keadaan dirimu dengan bahasa yang indah dan halus serta wajah yang selalu tersenyum sementara demi Allah mengetahuinya bahwa dia adalah pribadi pendengki dan iri. Lapisan hatinya memperlihatkan kadar cinta atau rasa bencinya kepadamu, berangan-angan agar dirimu segara ditimpa mudharat, bahkan dia berupaya secara rahasia di balik pandanganmu agar dirimu terjebak ke dalam bahaya sementara dirimu masih berniat baik kepadanya tidak mengetahui kebusukan niat yang disembunyikannya dia berbuat semua keburukannya tanpa ada rasa takut kepada Allah, Tuhannya dan tanpa menghormati harga diri orang lain. Orang yang berperilaku seperti ini sama dengan sosok yang disebutkan oleh Allah di dalam firmanNya:
قال الله تعالى : وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَقُولُ ءَامَنَّا بِٱللَّهِ وَبِٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِ وَمَا هُم بِمُؤۡمِنِينَ ٨ يُخَٰدِعُونَ ٱللَّهَ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَمَا يَخۡدَعُونَ إِلَّآ أَنفُسَهُمۡ وَمَا يَشۡعُرُونَ ٩ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٞ فَزَادَهُمُ ٱللَّهُ مَرَضٗاۖ وَلَهُمۡ عَذَابٌ أَلِيمُۢ بِمَا كَانُواْ يَكۡذِبُونَ ١٠ وَإِذَا قِيلَ لَهُمۡ لَا تُفۡسِدُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ قَالُوٓاْ إِنَّمَا نَحۡنُ مُصۡلِحُونَ ١١ أَلَآ إِنَّهُمۡ هُمُ ٱلۡمُفۡسِدُونَ وَلَٰكِن لَّا يَشۡعُرُونَ [ البقرة: 12-8]
“Diantara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian”, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta. Dan bila dikatakan kepada mereka: Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, mereka menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.” Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar. [Al-Baqarah/2: 8-12].
Wahai sekalian hamba Allah, renungkanlah dan ambillah pelajaran dari kisah seorang lelaki bernama Ts’alabah bin Hathib yang telah menampakkan keislamannya, dia berkata dengan lisannya apa-apa yang tidak sesuai dengan apa yang tersimpan di dalam hatinya, selalu shalat jum’at dan menghadiri shalat jama’ah di belakang Rasulullah shalallau alaihi wa sallam. Suatu ketika dia berkata; Wahai Rasulullah, mintalah kepada Allah agar Dia berkenan memberikan rizki yang luas kepadaku dan mencurahkan kepadaku harta benda yang berlimpah. Maka Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wahai Tsa’labah rizki yang sedikit yang engkau mampu mensyukurinya lebih bagimu daripada harta yang banyak yang tidak mampu engkau syukuri”.
Lalu dia memohon kembali dan berkata, demi yang mengutusmu dengan kebenaran jika Allah menganugrahkan kepadaku harta yang berlimpah maka aku akan memberikan setiap orang yang berhak haknya masing-masing, maka Nabi pun berdo’a untuknya lalu dia membeli seekor kambing lalu kambing tersebut berkembang biak sehingga lembah menjadi sempit namun dia tidak memenuhi janjinya dan mengingkari nikmat-nikmat Allah kepadanya, maka diapun meninggalkan shalat jum’at dan jama’ah dan nabipun seperti biasanya bertanya tentang dirinya maka para shahabat menjawab, Hartanya telah banyak, maka Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Alangkah celakanya Tsa’labah, lalu pada saat satu tahun telah sempurna Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengutus dua orang lelaki untuk meminta zakat darinya. Tsa’labah menjawab kepada kedua orang utusan tersebut setelah dia merasa bahwa zakat tersebut terlalu banyak atas dirinya; Ini adalah jizyah, kembalilah sampai aku memberikan keputusan. Lalu ketika kedua utusan tersebut telah kembali pulang Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Alangkah celakanya Tsa’labah, lalu Allah menurunkan firmanNya:
قال الله تعالى : وَمِنۡهُم مَّنۡ عَٰهَدَ ٱللَّهَ لَئِنۡ ءَاتَىٰنَا مِن فَضۡلِهِۦ لَنَصَّدَّقَنَّ وَلَنَكُونَنَّ مِنَ ٱلصَّٰلِحِينَ ٧٥ فَلَمَّآ ءَاتَىٰهُم مِّن فَضۡلِهِۦ بَخِلُواْ بِهِۦ وَتَوَلَّواْ وَّهُم مُّعۡرِضُونَ ٧٦ فَأَعۡقَبَهُمۡ نِفَاقٗا فِي قُلُوبِهِمۡ إِلَىٰ يَوۡمِ يَلۡقَوۡنَهُۥ بِمَآ أَخۡلَفُواْ ٱللَّهَ مَا وَعَدُوهُ وَبِمَا كَانُواْ يَكۡذِبُونَ ٧٧ أَلَمۡ يَعۡلَمُوٓاْ أَنَّ ٱللَّهَ يَعۡلَمُ سِرَّهُمۡ وَنَجۡوَىٰهُمۡ وَأَنَّ ٱللَّهَ عَلَّٰمُ ٱلۡغُيُوبِ [ التوبة: 78-75]
Dan di antara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah: “Sesungguhnya jika Allah memberikan sebahagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang saleh. Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebahagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran). Maka Allah menimbulkan kemunafikan pada hati mereka sampai kepada waktu mereka menemui Allah, karena mereka telah memungkiri terhadap Allah apa yang telah mereka ikrarkan kepada-Nya dan (juga) karena mereka selalu berdusta. Tidakkah mereka tahu bahwasanya Allah mengetahui rahasia dan bisikan mereka, dan bahwasanya Allah amat mengetahui segala yang gaib?. [At-Taubah/9 : 75-78].
Itulah orang yang dusta dan berdosa yang telah menceburkan dirinya ke dalam kesengsaraan karena dia menylahi perkataan dan janjinya, dia kembali membawa murka dari Allah dan Rasul-Nya dan dia berhak mendapat siksa. Maha Benar Allah dengan firmanNya:
قال الله تعالى : إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي مَنْ هُوَ مُسْرِفٌ كَذَّابٌ [ غافر: 28]
“Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta. [Gafir/40: 28].
Hendaklah seorang muslim bertaqwa kepada Allah dan hendaklah dia waspada terhadap kemunafikan, hendaklah hatinya sama dengan apa yang terungkap dalam perkataan lisannya, hanya kepada Allah kita memohon agar Dia sudi menunjukkan diri kita kepada jalan kebenran, jalan yang lurus dan mendapat petunjuk dengan sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam yang jujur dan terpercaya, “Kebaikan itu tidak akan pernah lapuk dan dosa itu tidak akan pernah dilupakan, dan Allah Yang Membalas tidak akan pernah mati, berbuatlah sekehendakmu seperti apa perbuatanmu maka seperti itulah engkau akan mendapat balasan”. [HR. Abdurrazzaq di dalam kitab Al-Jami’ dari Abi Tsulabah radhaillahu anhu].
Semoga Allah memberikan keberkahannya bagiku dan bagi kalian semua di dalam Al-Qur’an yang mulia, dan Allah memberikan manfaat bagiku dan bagi kalian dengan dengan petunjuk penghulu para nabi utusan Allah. Hanya inilah yang bisa aku katakan dan aku memohon ampunan bagi diriku dan bagi kalian serta seluruh kaum muslimin kepada Allah yang Maha Mulia dari segala dosa. Mohonlah ampun kepadaNya dan bertaubatlah kepada Allah, sebab Dia adalah Zat Yang Pengampun lagi Maha Penyayang.
Wahai sekalian hamba Allah!. Orang yang menyadari sifat-sifat buruk orang-orang munafiq yang disebutkan oleh Allah di dalam Al-Qur’an maka dia menyadari bahwa mereka lebih berhak menempati kerak api neraka yang paling dalam. Allah mensifati mereka sebagai orang yang menipu Allah dan menipu para hambaNya, menyebutkan mereka sebagai orang yang berhati sakit, yaitu karena penyakit syubhat dan keraguan, mensifati mereka sebagai orang yang membuat kerusakan dipermukaan bumi, memperolok-olok agama Allah, para hamba, berbuat zalim, menggadaikan kesesatan dengan petunjuk, mereka orang yang tuli, bisu, buta, bimbang dan malas saat beribadah, berlaku zina, sedikit menyebut Allah dan ragu-ragu memilih antara orang-orang yang beriman dengan orang-orang yang kafir. Mereka tidak tergabung dalam kelompok ini dan tidak pula bergabung dengan kelompok lainnya, mereka bersumpah dengan nama Allah secara dusta dan bohong, perkara mereka samar, tidak paham terhadap agama, tidak berilmu dan tidak pula beriman kepada Allah dan hari akhir. Mereka juga membenci menangnya cahaya agama Allah, mereka bersedih jika melihat umat Islam mendapat kebaikan dan kemenangan, senang jika melihat kaum muslimin mengalami bencana dan ujian, mereka selalu mengintai kelemahan kaum muslimin, suka mencela orang-orang yang beriman dan menuduh mereka dengan tuduhan yang bukan sebenarnya, maka mereka mencela orang-orang yang bersedeqah dan mensifati mereka sebagai budak dunia, jika mereka diberikan maka mereka rela dan jika tidak diberikan maka mereka marah, mereka juga menyakiti dan mencela Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka mencari-cari kerelaan manusia dan tidak berusaha mencari keridhaan Allah Subahanahu wa Ta’ala. Selain itu mereka juga mengejek orang-orang yang beriman.
Allah mensifati mereka sebagai orang yang busuk, yaitu benda busuk adalah benda yang paling kotor dan jelek. Mereka adalah anak Adam yang paling busuk, kotor dan hina.
Allah juga mensifati mereka sebagai orang yang menyeru kepada kemungkaran dan mencegah yang ma’ruf, pelit dalam berinfaq di jalan Allah guna mendapat keridhaan Allah.
Wahai sekalian hamba Allah!. Inilah sebagian sifat-orang-orang munafiq yang telah disebutkan dalam Al- Qur’an yang mulia dan banyak sekali orang yang bersifat seperti ini pada zaman kita sekarang. Semoga Allah melindungi kita darinya. Betapa banyak orang yang bergerak menyebarkan kerusakan di antara kaum muslimin dan betapa banyak orang yang menyerahkan loyalitasnya kepada orang-orang kafir dan meninggalkan kaum muslimin.
Wahai sekalian hamba Allah!. Sesungguhnya bahaya orang-orang munafiq tersebut sangat besar, ancaman mereka sangat luas terlebih karena mereka menamakan dirinya sebagai orang muslim, bergaul bersama masyarakat muslim sehingga orang-orang merasa aman dari bahayanya.
Oleh karena itulah, kaum muslimin tidak mengalami musibah di dalam diri mereka yang melebihi musibah yang ditimpakan oleh orang-orang munafiq yang hidup di tengah-tengah masyarakat muslim.
Inilah yang dapat saya sampaikan dan ucapkanlah shalawat dan salam kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
[Disalin dari من مظاهر النفاق Penulis Muhammad bin Abdullah bin Mu’aidzir , Penerjemah : Muzaffar Sahidu, Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad. Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah. IslamHouse.com 2011 – 1432]
Artikel asli: https://almanhaj.or.id/61338-diantara-fenomena-kemunafikan.html